posted on 8.10.19 | 9:30 PM
Dedicated these words to the man who changes the whole of my life. Aku mengenalnya sebagai seorang pribadi yang menarik, ceria dan sangat baik hati 6 tahun yang lalu. Pembawaannya selalu menyenangkan, tidak pernah mengeluh lelah, dan sangat perhatian. Sampai suatu hari, melihat tatapannya pun aku tidak sanggup. Rasanya ingin lari, lari dan lari. Tapi semakin aku jauh berlari, rasanya semakin ingin mendekat. Sampai pada akhirnya, dia menjadi orang yang meyakinkan aku atas dirinya yang mau berbahagia bersama. Semua kasih sayangnya, usahanya terlihat sangat sempurna. Sering kali sedikit mulai sedikit sifat asli kami muncul. Aku yang galak, aku yang suka badmood, dia yang cuek, yang ingin punya banyak waktu me time. Hari demi hari kami lalui. Perlahan demi perlahan kami menikmati penyesuaian ini. Detik demi detik kami mencoba mengerti. Cerita kami bukan cerita yang singkat kemudian berlabuh. Cerita kami cerita yang cukup panjang dengan berbagai kelokan yang ada. Seringkali jatuh, tetapi lebih sering bangkit. 5 tahun sudah kami bersama. Tentunya ga semudah itu dan waktu tidak terasa sesingkat itu. Kadang kala waktu berjalan sangat lama, sangat pelan. Rasanya tidak adil saat kita bersanding, waktu berjalan sangat cepat. Aku dan egoku yang sangat tinggi, perlahan merubah ia menjadi sangat lunak. Dia yang selalu aku tempa dengan keegoisanku dan selalu menerima aku benar-benar apa adanya.
Jauh di dalam lubuk hati yang paling dalam, aku sangat bersyukur, sangat sangat bersyukur atas kehadirannya. Dia berhasil mengalahkan egonya untukku, tapi rasanya tidak adil untuknya ketika aku belum bisa melakukannya. Sampai suatu hari hati ini merasa sangat tersayat. Merasa sangat berdosa dan merasa tidak tau diuntung. Dari saat itulah, aku punya titik balik dimana aku harus dan harus bisa mengalahkan semua egoku.
Dua insan yang menyatu idak hanya menuntut untuk dipahami, tapi saling memahami. Aku merasa cukup terlambat dan aku merasa cukup sakit karena sempat menyayat hatinya. Menyayat hati orang yang telah merelakan hati dan meletakan egonya untuk membuat aku menang. Aku terlambat karena aku sempat menyakiti hatinya. Tapi aku tidak mau menjadi terlambat lagi untuk meletakan egoku dan memahami hatinya.
He's the best I've ever had. Sampai kapanpun. Yang setia memberikan petuah, dengan sabar menenangkan segala rengekanku, yang mengalah memberikan semuanya, yang mencurahkan semua pengorbanannya untuk memenangkan hatiku. Mungkin aku terlalu sibuk dengan urusan lain hingga aku lupa menuangkannya menjadi tulisan yang abadi. Hingga pada saat ini akhirnya aku menuliskannya sebagai pengingat hidupku. Bahwa ada satu orang baru dalam hidup yang mau berkorban dan mencurahkan semua hatinya untuk aku orang baru dalam hidupnya. Kami tidak saling kenal sejak kecil, tapi kami tumbuh dewasa bersama. Perjalanan kami cukup dan sangatlah panjang, tapi beribu ribu pelajaran aku bisa ambil darinya. Jutaan nasihat ia sampaikan dan jutaan perilaku kasih sayang ia curahkan. Sekali lagi, he's the best I've ever had. Aku benar benar sadar, tidak ada yang sempurna. Dia sudah cukup banyak menerima kekuranganku, tidak adil kalau aku tidak menerima segala kekurangannya. Kita hanya manusia, berlindung di bawah naunganNya. Bersabar dengan segala peluh untuk merayakannya tepat pada waktunya. 5 tahun bukan waktu yang singkat untuk saling bercerita pribadi satu sama lain, meskipun belum cukup waktunya karena kita dengan segala kekurangan dan kelebihan akan bersanding dan menuntut untuk dipahami. Satu hal yang aku petik dari hari itu. Tuntutlah dirimu untuk memahaminya karena itulah sejatinya ketulusan hati. Semoga aku selalu dapat memetik buah manis dari setiap perkataannya, tingkah lakunya dan petuahnya.